LAPORAN HASIL
PRAKTEK BELAJAR LAPANGAN II (PBL II) DI DESA LABUY KECAMATAN BAITUSSALAM
KABUPATEN ACEH BESAR TAHUN 2012
OLEH :
KELOMPOK V
KETUA : Ramdan Sukma Adhitya (0916010199)
SEKRETARIS : Asmaul
Hayat (0916010013)
BENDAHARA : Rini Andani (0916010112)
ANGGOTA : Akmal (0916010005)
Ilhamsyah
Putra (0916010047)
Rahmat
Hidayat (0916010103)
Muksalmina (0916010086)
Hendriansyah (0916010325)
Hasnabawi (0916010040)
Leda
Saputra (0916010065)
Nelly
Safrida (0916010093)
Yurnalis (0916010148)
Riza
Sartifa (0916010178)
Nurdiana (0916010266)
Ahmad Hamdi (0816010006)
Nurjannah (0916010146)
DOSEN PEMBIMBING : Ns. Muhammad Yusuf, S.Kep, MPH
FAKULTAS KESEHATAN
MASYARAKAT
UNIVERSITAS SERAMBI MEKKAH
BANDA ACEH TAHUN
2012
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………………………….. i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………………………………… ii
DAFTAR TABEL…………………………………………………………………………………………………... iii
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………………………………………... iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang………………………………………………………………………………………. 1
1.2 Tujuan…………………………………………………………………………………………………… 4
1.2.1 Tujuan Umum……………………………………………………………………………… 4
1.2.2 Tujuan Khusus…………………………………………………………………………….. 4
1.3 Manfaat………………………………………………………………………………………………… 5
1.3.1 Bagi Tempat PBL………………………………………………………………………... 5
1.3.2 Bagi FKM................................................................................................................................ 5
1.3.3 Bagi Mahasiswa………………………………………………………………………….. 6
BAB
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sanitasi Dasar……………………………………………………………………………………….. 7
2.1.1 Jamban………………………………………………………………………………………… 8
2.1.2
Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL)………………………………….. 10
2.1.3 Rumah Sehat………………………………………………………………………………... 12
2.1.4 Air Bersih…………………………………………………………………………………….. 16
2.1.5 Tempat Sampah…………………………………………………………………………... 19
2.2 Upaya Kesehatan Wajib……………………………………………………………………….. 21
2.2.1
Upaya Promosi Kesehatan………………………………………………………….. 22
2.2.2 Kesehatan Ibu Dan Anak………………………………………………………….... 22
2.2.3 Usaha Peningkatan Gizi……………………………………………………………... 23
2.2.4 Kesehatan Lingkungan………………………………………………………………. 25
2.2.5
Pencegahan Dan Pemberantasan Penyakit Menular……………………. 26
2.2.6 Pengobatan…………………………………………………………………………………... 27
2.3 Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat
(PHBS) …………………………………………... 27
2.4 Desa Siaga…………………………………………………………………………………………….. 32
BAB
III METODELOGI………………………………………………………………………………………... 33
3.1 Populasi………………………………………………………………………………………………... 33
3.2 Sampel………………………………………………………………………………………………….. 33
3.3 Lokasi…………………………………………………………………………………………………… 34
3.4 Waktu…………………………………………………………………………………………………… 34
3.5 Metode
Prioritas Masalah……………………………………………………………………. 34
BAB
IV HASIL DAN PEMBAHASAN……………………………………………………………….. 37
4.1 Gambaran Umum Kecamatan Dan Desa…………………………………………….. 37
4.1.1Data Geografi……………………………………………………………………………… 37
4.1.2 Data Demografi…………………………………………………………………………. 37
BAB
V PENUTUP
5.1 Kesimpulan…………………………………………………………………………………………. 49
5.2 Saran…………………………………………………………………………………………………… 49
DAFTAR
PUSTAKA…………………………………………………………………………………………...
DAFTAR TABEL
Tabel
1 : Distribusi Jumlah Penduduk
Berdasarkan Jenis Kelamin………………………………
Tabel
2 : Distribusi Berdasarkan Umur Penduduk………………………………………………………..
Tabel
3 : Distribusi Responden Berdasarkan
Tingkat Pendidikan………………………………..
Tabel
4 : Jumlah Responden Berdasarkan Jenis
Pekerjaan…………………………………………..
Tabel
5 : Distribusi Frekuensi Status Kawin…………………………………………………………………
Tabel
6 : Kontruksi Rumah Berdasarkan Jenis
yang Tergolong Sehat dan Tidak Sehat.
Tabel
7 : Distribusi Pembuangan Air Limbah……………………………………………………………….
Tabel
8 : Distribusi Bentuk Tempat penampungan
Air Limbah……………………………………
Tabel
9 : Distribusi keluarga yang memiliki
jamban…………………………………………………….
Tabel
10 : Distribusi tipe jamban…………………………………………………………………………………...
Tabel
11 : Distribusi frekuensi sumber air bersih………………………………………………………….
Tabel
12 : Distribusi Tempat Sampah…………………………………………………………………………….
Tabel
13 : Distribusi Cara Penanganan Sampah…………………………………………………………….
Tabel
14 : Kelompok Pemakai Jenis Alat Kontrasepsi………………………………………………….
Tabel
15 : Penyakit dan pelayanan kesehatan.................................................................................................
Tabel
16 : Jumlah balita yang di imunisasi……………………………………………………………………
Tabel
17 : Prioritas masalah yang mempengaruhi derajat kesehatan…………………………....
DAFTAR
LAMPIRAN
1.
Gambar Struktur Organisasi Pemerintahan Desa Labuy Kec.Baitussalam Kab.Aceh
Besar.
2.
Gambar Struktur Pengurus PKK Desa Labuy Kec.Baitussalam Kab.Aceh Besar.
3.
Foto Saat Melakukan PBL Di Desa Labuy Kec.Baitussalam Kab.Aceh Besar.
PERNYATAAN
PERSETUJUAN
Laporan
Ini telah Diseminarkan Untuk Dipertahankan Dihadapan Tim
Penguji
PBL II Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas
Serambi Mekkah
Banda
aceh, 2012
Pembimbing
(M.Yusuf, S.kp. Mph)
FAKULTAS
KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS
SERAMBI MEKKAH
DEKAN
(Said
Usman, S.pd, M.kes)
PENGESAHAN
TIM PENGUJI
Laporan
ini telah dipertahankan dihadapan tim penguji
Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas serambi mekkah
Banda Aceh, 2012
Tim
penguji Tanda
Tangan
-
-
-
-
-
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadhirat
Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan “Praktek Belajar Lapangan II” di Desa Labuy Kecamatan Baitussalam Kabupaten
Aceh Besar
Shalawat dan salam semoga tetap
tercurahakan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga,
para sahabat, dan orang-orang yang mengikuti petunjuknya.
Dalam penyusunan laporan PBL II
ini, kami menyadari akan banyaknya kendala-kendala yang kami hadapi dilapangan.
Namun berkat bimbingan Dosen pembimbing dalam pelaksanaan PBL II sehingga kami
dapat menyelesaikan pembuatan laporan PBL II.
Disamping itu kami turut
mengucapkan banyak terima kasih kepada :
- Bapak Dekan FKM-USM beserta stafnya.
- Bapak M. Yusuf S.k. MPH, selaku dosen pembimbing
kami yang telah memberikan arahan, pembimbing serta dukungan kepada kami.
- Bapak Maulizar Hasballah sebagai kepala desa
(Geucik) Desa Labuy Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar.
- Panitia pelaksanaan PBL II FKM-USM
- Dan semua pihak yang telah turut membantu
baik secara langsung maupun tidak dalam pembuatan laporan ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak
kekurangan dalam penyusunan laporan PBL II, Oleh karena itu dengan kerendahan
hati kami mengharapkan semoga hasil laporan PBL II ini dapat bermanfaat bagi
kami khususnya dan mahasiswa FKM umumnya. Serta kritikan dan saran yang
membangun agar penyusunan laporan PBL II ini untuk kedepan nantinya dapat
ditingkatkan lagi.
Banda Aceh, 12 September 2012
Penyusun
Kelompok V
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Sejalan
dengan strategi pembangunan kesehatan
untuk mewujudkan bangsa yang sehat tahun 2015 ini meningkatkan
derajat kesehatan menjadi salah satu fokus pembangunan dibidang kesehatan mewujudkan
masyarakat yang sehat, pembangunan bidang kesehatan diarahkan kepada semua
lapisan masyarakat (Depkes RI 2011).
Berdasarkan
paradigma sehat ditetapkan pula visi Indonesia sehat 2015, dimana ada tiga
pilar utama yang perlu mendapat perhatian khusus, yaitu lingkungan sehat,
perilaku sehat serta pelayanan bermutu, adil dan merata. Untuk perilaku sehat
bentuk konkritnya yaitu perilaku proaktif dalam memelihara dan meningkatkan
kesehatan, mencegah terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit
serta berpartisipasi aktif dalam upaya kesehatan.
Sarana
pembangunan kesehatan adalah prilaku hidup sehat, manajemen pembangunan
kesehatan dan derajat kesehatan masyarakat pada saat ini. Diharapkan adalah
bersifat proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah resiko terjadi
penyakit serta melindungi diri dari ancaman serta berpatisipasi aktif dalam
kesehatan masyarakat (Depkes RI, 2009).
Dalam mewujudkan
Visi Indonesia Sehat 2015 telah ditetapkan misi pembangunan yaitu menggerakkan
pembangunan nasional berwawasan kesehatan, mendorong kemandirian masyarakat
untuk hidup sehat, memelihara dan meningkatkan pelayanan yang bermutu, merata
dan terjangkau, serta memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga
dan masyarakat beserta linngkungannya.
Pengetahuan
masyarakat tentang sanitasi dasar yang meliputi kualitas air, keadaan sumber
air, jamban, tempat sampah, saluran air limbah masih sangat kurang sehingga
mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat itu sendiri. Dalam meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat tersebut diperlukan dukungan dana yang
berkesinambungan dan tenaga yang handal. Sehingga hal ini berpengaruh pada
pencapaian target Visi Indonesia Sehat 2015 dan MDGs. (Depkes, 2007).
Untuk
melaksanakan misi pembangunan kesehatan tersebut diperlukan adanya promosi
kesehatan. Program promosi kesehatan berorientasi pada proses pemberdayaan
masyarakat untuk Berperilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), melalui
peningkatan, pemeliharaan dan perlindungan kesehatannya. Hal ini sesuai dengan
yang ditekankan dalam paradigma
sehat dan salah satu pilar utama Indonesia Sehat 2015.
Keadaan
kesehatan masyarakat saat ini secara umum belum dapat mencapai target yang
diharapkan dalam mencapai Indonesia Sehat 2015, hal ini dikarenakan masih
kurangnya pengetahuan masyarakat tentang penerapan Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS) secara keseluruhan terutama dipedesaan. Menurut profil kesehatan
Indonesia tahun 2015, jumlah rumah sehat secara nasional sebesar 80%, sedangkan
jamban yang memenuhi syarat kesehatan sebanyak 80%, air bersih 85%, Tempat
pembuangan sampah 80% dan Tempat-Tempat Umum Sehat 80%. Sedangkan rumah tangga
Berpelilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) sebesar 75%.
Cakupan sanitasi
dasar provinsi Aceh tahun 2011 tidak jauh berbeda dengan cakupan nasional.
Jumlah rumah sehat menurut profil kesehatan Provinsi Aceh sebesar 45%, air
bersih 40%, jamban yang memenuhi syarat kesehatan 40%, tempat pengelolaan
sampah 48% dan SPAL 45%., sedangkan PHBS 55% .
Desa Labuy merupakan salah satu desa yang
berada di Kecamatan
Baitussalam secara kasat mata terlihat bersih, nyaman dan
tentram, meskipun daerah ini merupakan daerah bekasan Tsunami. Dalam
kegiatan PBL II ini, mahasiswa FKM universitas serambi mekkah Banda Aceh
langsung terjun ke lapangan dan ditempatkan di tengah – tengah masyarakat desa
Labuy Kecamatan Baitussalam Kabupaten
Aceh Besar untuk mencari pemasalahan kesehatan lingkungan masyarakan.
1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Mampu mengenal, memahami, menganalisa dan menemukan
metode pemecahan masalah kesehatan masyarakat di desa/gampong dalam wilayah Kecamatan Baitussalam Desa Labui Kabupaten Aceh Besar.
1.2.2. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu mengenal profil dan
permasalahan yang ada di Desa Labui Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar.
2. Mahasiswa mampu melakukan identifikasi
masalah kesehatan masyarakat yang ada di Desa Labui Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh
Besar.
3. Mahasiswa mampu Mengenal karakteristik
masyarakat yang ada di Desa
Labui Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar .
4. Mahasiswa mampu mengenal dan menilai
masalah-masalah kesehatan yang ada dengan survei cepat dan
observasi lapangan di Desa Labui Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar .
5. Mahasiswa bersama tokoh masyarakat mampu
menentukan prioritas masalah kesehatan masyarakat dan model intervensi yang
tepat dilaksanakan di Desa Labui Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar.
6. Mahasiswa mampu melakukan intervensi
program kesehatan masyarakat, dengan meningkatkan ketertiban dan peran serta
masyarakat dalam rangka memecahkan masalah kesehatn masyarakat yang ada di Desa Labui Kecamatan
Baitussalam Kabupaten Aceh Besar.
1.3. Manfaat
1.3.1. Tempat PBL
1.
Dapat menjadi motivasi bagi masyarakat
dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara pribadi maupun kelompok.
2.
Mengenal situasi kesehatan Desa Labui tahun 2012.
3.
Menbina peran serta masyarakat di Desa Labui dalam rangka meningkatkan
kemampuan untuk pembangunan hidup sehat.
4.
Masyarakat turut ikut serta memecahkan
masalah kesehatan yang ada di Desa Labui
.
1.3.2. FKM (Fakultas Kesehatan Masyarakat)
1.
Terlaksananya Kurikulum Akademik untuk
mempersiapkan mahasiswa yang handal pada program Studi Ilmu Kesehatan
Masyarakat Universitas Serambi Mekkah.
2.
Sebagai bentuk aplikasi tridarma institusi pendidikan Fakultas
Kesehatan Masyarakat dalam melahirkan sarjana kesehatan masyarakat (SKM) yang
bermutu.
3.
Sebagai bentuk implimentasi tridarma institusi pendidikan Fakultas
Kesehatan Masyarakat dalam melahirkan Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) dengan
ilmu dan pengalaman yang actual dan
mutakhir.
1.3.3. Mahasiswa
1.
Menambah wawasan bagi mahasiswa terutama
mengenai masalah kesehatan masyarakat di Desa Labui.
2.
Membantu mahasiswa dalam mengaplikasikan
ilmu yang di dapatkan dibangku perkuliahan.
3.
Dapat membentuk potensi dan kualifikasi
ilmu yang lebih baik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Sanitasi Dasar
Sanitasi adalah sesuatu cara untuk mencegah
berjangkitnya suatu penyakit menular dengan jalan memutuskan mata rantai dari
sumber. Sanitasi merupakan usaha kesehatan masyarakat yang menitikberatkan pada
penguasaan terhadap berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat
kesehatan (Azwar).
Sanitasi
dasar terdiri dari rumah sehat, air bersih, jamban, tempat pengelolaan sampah,
Saluran Pembuangan Limbah (SPAL) dan tempat-tempat umum.
Di bab ini kami
membahas Sanitasi Dasar tentang sumber
air bersih, saluran pembuangan air limbah (SPAL) dan tempat sampah karena di
tempat kami melaksanakan PBL banyak keluarga atau rumah tidak memiliki sumber
air bersih yang memadai, walaupun banyak keluarga memiliki sumur, namun air
sumur tersebut tidak bisa di gunakan untuk konsumsi sehari-hari, tetapi hanya
di gunakan untuk mencuci pakaian atau peralatan dapur saja, dan tempat
pembuangan limbah pun tidak berfungsi sebagaimana mestinya banyak yang
tersumbat.
2.1.1.
Jamban
Ketersediaan jamban di
rumah sangat penting. Jamban merupakan tempat yang dipergunakan untuk membuang
hajat atau kotoran manusia bagi keluarga atau yang lazim dalam masyarakat
dengan sebutan WC. Ketidaktersediaan
jamban di rumah menyebabkan mereka memanfaatkan sungai, kebun, kolam atau tempat lainnya untuk buang air besar
(BAB). Hal ini menyebabkan
sanitasi lingkungan jelek, sehingga menimbulkan masalah kesehatan seperti timbulnya penyakit diantaranya
: Penyakit Cacingan, Cholera, Diare, Typus, Disentri, Paratypus, Polio,
Hepatitis B dan masih banyak penyakit lainnya.
Kotoran manusia adalah semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi
oleh tubuh dan yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh. Zat-zat yang harus dikeluarkan
dari dalam tubuh ini berbentuk tinja (faces), air seni (urine) dan CO2 sebagai
hasil dari proses pernafasan. Pembuangan Kotoran manusia dalam ilmu kesehatan
lingkungan dimaksudkan hanya tempat pembuangan tinja dan urine, pada umumnya
disebut latrine, jamban atau kakus (Notoatmodjo, 2003).
Jamban yang
memenuhi syarat kesehatan atau syarat sanitasi adalah sebagai berikut:
1.
Kotoran tidak dapat dijangkau oleh
binatang penularan penyakit, seperti : kecoa, tikus, lalat, dan lain-lain.
2.
Tidak menimbulkan bau
3.
Kotoran ditempatkan disuatu tempat,
tidak menyebar kemana-kemana.
4.
Tidak mencemari sumber air bersih
5.
Tidak mengganggu pemandangan/estetika
6.
Aman digunakan
7.
Jarak antara sumur dan lobang jamban 10
meter.
2.1.2. Saluran Pembuangan Air
Limbah (SPAL)
Air limbah
atau air kotoran adalah air yang tidak bersih dan mengandung berbagai zat yang
bersifat membahayakan kehidupan manusia atau hewan dan lazimnya muncul karena
hasil perbuatan manusia termasuk industrialisasi (Azwar).
Jumlah air limbah yang
dibuang akan selalu bertambah dengan meningkatnya jumlah penduduk dengan segala kegiatannya.
Apabila jumlah air yang dibuang berlebihan
melebihi dari kemampuan alam untuk menerimanya maka akan terjadi kerusakan
lingkungan. Lingkungan yang rusak akan menyebabkan
menurunnya tingkat kesehatan manusia yang tinggal pada lingkungannya itu sendiri sehingga oleh karenanya perlu
dilakukan penanganan air limbah yang seksama dan terpadu baik itu dalam
penyaluran maupun pengolahannya.
2.1.3. Rumah Sehat
Rumah sehat
adalah tempat tinggal suatu keluarga yang memenuhi syarat kesehatan sehingga
para penghuninya tidak sampai menderita suatu penyakit yang disebabkan oleh
tempat tinggal yang tidak memenuhi syarat kesehatan.
Rumah tidak sekedar sebagai tempat untuk melepas lelah
setelah bekerja seharian, namun didalamnya terkandung arti yang penting sebagai
tempat untuk membangun kehidupan keluarga sehat dan sejahtera. Rumah yang sehat
dan layak huni tidak harus berwujud rumah mewah dan besar, namun rumah yang
sederhana dapat juga menjadi rumah yang sehat dan layak dihuni. Untuk menciptakan rumah sehat maka
diperlukan perhatian terhadap beberapa aspek yang sangat berpengaruh
(Sari:2005), antara lain:
1.
Sirkulasi udara yang baik.
2.
Penerangan yang cukup
3.
Air bersih terpenuhi.
4.
Pembuangan air limbah diatur dengan baik
agar tidak menimbulakan pencemaran.
5.
Bagian-bagian ruang seperti lantai dan
dinding tidak lembab serta tidak terpengaruh pencemaran seperti bau, rembesan
air kotor maupun udara kotor. Persyaratan Kesehatan rumah sehat adalah sebagai
berikut :
1.
Bahan bangunan
a.
Tidak terbuat dari bahan yang dapat
melepaskan zat-zat yang dapat membahayakan kesehatan (Dinkes,2006)
b.
Tidak terbuat dari bahan yang dapat
menjadi tumbuhan dan berkembangnya mikroorganisme pathogen.
2.
Komponen dan penataan ruang rumah
Komponen rumah harus memenuhi persyaratan fisik dan
biologis sebagai berikut :
a.
Lantai kedap air dan mudah dibersihkan
b.
Dinding
1.
Di kamar mandi dan tempat cuci harus
kedap air dan mudah dibersihkan.
2.
Di ruang tidur, ruang keluarga
dilengkapi dengan sarana ventilasi untuk pengaturan sirkulasi udara.
c.
Langit-langit harus mudah dibersihkan
dan tidak rawan kecelakaan.
d.
Bumbung rumah yang memiliki tinggi 10
meter atau lebih harus dilengkapiu dengan penangkal petir.
e.
Ruang di dalam rumah harus ditata agar
berfungsi sebagai ruang tamu, ruang keluarga, ruang makan, ruang tidur, ruang
dapur, ruang mandi dan ruang bermain anak.
f.
Ruang dapur harus dilengkapi dengan
sarana pembuangan asap.
s
3.
Pencahayaan
Pencahayaan alam atau buatan langsung atau tidak
langsung dapat menerangi seluruh bagian ruang minimal intensitasnya 60 lux dan
tidak menyilaukan.
4.
Ventilasi
Adapun
syarat ventilasi antara lain sebagai berikut :
a.
Luas lubang ventilasi minimal 15 % dari
luas lantai ruangan
b.
Udara yang masuk harus bersih
c.
Aliran udara yang masuk jangan
menyebabkan penyakit
d.
Kelembaban udara di jaga jangan sampai
tinggi atau rendah.
5.
Kualitas udara
Kualitas udara di dalam rumah tidak melebihi
ketentuan sebagai berikut :
a.
Suhu udara nyaman berkisar antara 18°C sampai 30°C
b.
Kelembaban udara berkisar antara 40%
sampai 70%
c.
Konsentrasi gas SO2 tidak melebihi 0,10
ppm/24 jam
d.
Pertukaran udara
e.
Konsentrasi gas CO tidak melebihi 100
ppm/8 jam
f.
Konsentrasi gas formaldehyde tidak
melebihi 120 mg/m3
6.
Kepadatan hunian ruang tidur
Masalah
perumahan telah diatur dalam Undang-Undang pemerintah tentang perumahan dan
pemukiman No.1/2011 Bab I pasal 1 ayat 7 yang berbunyi “Rumah adalah
bangunan gedung yang berfungsi sebagai tempat tinggal yang layak huni, sarana
pembinaan keluarga, cerminan harkat dan martabat penghuninya, serta aset bagi pemiliknya”
Bila dikaji
lebih lanjut maka sudah sewajarnya seluruh lapisan masyarakat menempati rumah
yang sehat dan layak huni.Rumah tidak cukup hanya sebagai tempat tinggal dan
berlindung dari panas cuaca dan hujan,Rumah harus mempunyai fungsi sebagai :
1.Mencegah
terjadinya penyakit
2.Mencegah
terjadinya kecelakaan
3.Aman dan
nyaman bagi penghuninya
4.Penurunan
ketegangan jiwa dan sosial
Dalam target SPM
2010 di tentukan bahwasanya nilai yang harus dicapai oleh rumah sehat adalah
sebesar 80%.(SPM 2010).
2.1.4.
Air Bersih
Air dan
kesehatan merupakan dua hal yang saling berhubungan. Kualitas air yang
dikonsumsi masyarakat dapat menentukan derajat kesehatan masyarakat tersebut,
khususnya air minum. (Warman,2008).
Peraturan
Menteri Kesehatan tentang Persyaratan Kualitas Air Minum bahwa
air minum aman bagi kesehatan apabila memenuhi persyaratan fisik,
mikrobiologis, kimiawi dan radioaktif dengan parameter yang telah ditentukan
dan tidak mengganggu kesehatan. Dalam kaitannya dengan air minum kemasan yang
dewasa ini menjadi pilihan utama masyarakat di perkotaan maupun pedesaan.
Departemen Kesehatan juga telah mensyaratkan
beberapa kriteria antara lain bahwa air minum kemasan tersebut secara fisik
tidak berbau, tidak berasa, tidak bewarna, dan tidak meninggalkan endapan
kemudian air tersebut harus bebas dari E.coli dan bakteri Coliform, memiliki
kandungan Arsen (As) yang tidak lebih dari 0,01 mg per liter, memiliki
kandungan besi (Fe) yang tidak lebih dari 0,3 mg per liter, memilki kadar
keasaman (pH) antara 6,5 - 8,5 Gross Alpha activity tidak lebih 0,1 Bq per
liter, Gross Beta activity tidak lebih dari 1 Bq per liter serta berbagai
persyaratan lainnya.
Air sumur pada
dasarnya layak konsumsi asal memenuhi persyaratan fisik seperti tidak berasa,
tidak berbau dan tidak bewarna. Air sumur sangat mudah tercemar oleh kontaminan
disekelilingnya. Untuk itu Departemen kesehatan
telah membuat suatu pedoman untuk melindungi sumur dari bahan-bahan
kontaminan. Sumur harus mempunyai syarat fisik sebagai berikut : lantai sumur
dari dibuat dari tembok yang kedap air kurang lebih 1,5 m lebarnya dari dinding
sumur. Dibuat agak miring dan ditinggikan 20 cm diatas permukaan tanah,
bentuknya bulat atau segi empat (Entjang, 2000).
Dinding sumur
biasa dibuat dari batu bata atau batu kali yang disemen. Akan tetapi yang
paling bagus adalah pipa beton. Pipa beton untuk sumur gali bertujuan untuk
menahan longsornya tanah dan mencegah pengotoran air sumur dari perembesan
permukaan tanah. Untuk sumur sehat, idealnya pipa beton dibuat sampai kedalaman
3 meter dari permukaan tanah. Dalam keadaan seperti ini diharapkan permukaan air sudah mencapai di
atas dasar dari pipa beton.(machfoedz, 2004). Saluran Pembuangan Air Limbah
dari sekitar sumur menurut Entjang (2000), dibuat dari tembok yang kedap air
dan panjangnya sekurang-kurangnya 10 m.
2.1.5. Tempat Sampah
Sampah dalam
ilmu kesehatan lingkungan sebenarnya hanya sebagian dari benda atau hal-hal
yang dipandang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau harus
dibuang, sedemikian rupa sehingga tidak sampai mengganggu kelangsungan hidup.
Sampah dapat
dibagi menjadi 2 jenis, yaitu : (Depkes, 2007)
1.
Sampah organik
2.
Sampah anorganik
Syarat-syarat tempat sampah yang dianjurkan yaitu :
1.
Kontruksinya kuat, jadi tidak mudah
bocor, penting untuk mencegah berserakannya sampah.
2.
Tempat sampah mempunyai tutup, tetapi
tempat sampah ini dibuat sedemikian rupa sehingga mudah dibuka, dikosongkan
isinya serta mudah untuk dibersihkan.
3.
Ukuran tempat sampah sedemikian rupa
sehingga mudah diangkat oleh satu orang.
4.
Jarak rumah dengan tempat sampah harus
15 m.
5.
Dan menurut target SPM Depkes untuk
tempat sampah sehat di seluruh wilayah adalah sebesar 80%.
Penanganan sampah tahap akhir ada beberapa cara,
yaitu :
1.
Dibuang begitu saja/duping.
Cara
pengolahan sampah seperti ini biasanya sampah dibuang atau diletakkan begitu
saja ditanah, dalam hal ini tentu saja banyak lagi negatifnya terutama jika
sampah tersebut mudah membusuk.
2.
Dibakar
Pengolahan
sampah seperti ini biasanya dilakukan dengan cara perorangan disetiap rumah
tangga, proses pembakaran sampah ini haruslah dilakukan dengan baik, karena
jika tidak akan menimbulkan asap yang
mengotori udara serta dapat menimbulkan bahaya kebakaran dan mengganggu
lingkungan sekitar.
3.
Ditanam/ditimbun
Pengolahan
sampah seperti ini biasanya dilakukan dilakukan dengan cara menimbun sampah
kedalam tanah yang sudah digali terlebih dahulu, yang dilakukan secara
berlapis-lapis sehingga sampah tidak berada dialam terbuka dan menimbulkan bau
yang tidak sedap serta menjadi tempat bagi binatang/vector bersarang.
4.
Diolah menjadi kompos
Pengolahan
sampah seperti ini biasanya sampah tersebut diolah menjadi pupuk, yakni dengan
terbentuknya zat-zat organic yang bermanfaat untuk menyuburkan tanah. Adapun
usaha pengolahan sampah, baik skala besar maupun skala kecil, harus mencapai
tujuannya, yakni lingkungan dan masyarakat yang sehat, maka factor yang paling
utama yang harus diperhatikan adalah peran serta masyarakat. Masyarakat harus
mau berpartisipasi bila perlu merubah sikap sehingga bersedia membantu mulai
dari pengurangan volume sampah, perbaikan kualitas sampah, membuang sampah pada
tempatnya, membersihkan tempat sampah dan pemusnahan sampah. Tanpa partisipasi
masyarakat tersebut diatas maka masalah yeng ditimbulkan oleh sampah tidak akan
tuntas permasalahannya.
Tempat sampah
adalah tempat penyimpanan sementara yang berada dilokasi-lokasi tertentu,
dibuat untuk menampung sampah dalam jangka waktu paling lama selama 12 jam
sebelum diangkut ke tempat pengolahan akhir sampah.
2.2 Upaya Kesehatan Wajib
1. Promosi Kesehatan
2. Kesehatan Lingkungan
3. Kesehatan Ibu dan Anak termasuk Keluarga
Berencana
4. Perbaikan Gizi masyarakat
5. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit
Menular
6. Pengobatan.
2.2.1
Upaya Promosi Kesehatan
Penyuluhan kesehatan
masyarakat bertujuan agar terjadi peningkatan pengetahuan, perubahan sikap dan
tindakan individu / masyarakat dalam bidang kesehatan, sehingga mampu
melaksanakan cara hidup sehat bagi diri sendiri maupun lingkungannya.
Kegiatan-kegiatan yang
dilaksanakan adalah :
- Penyuluhan kesehatan kepada
masyarakat
- Pelatihan Kader Posyandu
- Penyuluhan kesehatan ke
sekolah-sekolah
- Penyebaran media KIE
- Berpartisipasi dalam Pameran
pembangunan
- Pencatatan dan pelaporan.
2.2.2
Kesehatan Ibu Dan Anak
Upaya Kesehatan Ibu dan Anak
merupakan upaya bidang kesehatan yang menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu
hamil, bersalin, menyusui, bayi, anak balita dan anak pra sekolah. Termasuk
pula pendidikan kesehatan kepada masyarakat dan menambah ketrampilan para dukun
bayi serta pembinanaan kesehatan anak di Taman Kanak-Kanak.
Tujuan
program KIA adalah tercapainya kemampuan hidup sehat melalui peningkatan
derajat kesehatan yang optimal bagi ibu dan keluarga untuk menuju Norma Kecil
keluarga Bahagia Sejahtera (NKKBS) serta meningkatnya derajat kesehatan anak
untuk menjamin proses tumbuh kembang optimal yang merupakan landasan bagi
peningkatan kualitas manusia seutuhnya.
Keluarga Berencana
Keberhasilan keluarga berencana akan
berpengaruh secara timbal balik dengan penurunan angka kematian bayi, angka
kematian balita, dan angka kematian ibu maternal, ini berarti diperlukan
peningkatan proram KB terutama melalui pelestarian pemakaian alat kontrasepsi
yang efektif. Yang termasuk kegiatan KB adalah : Penyaringan ekseptor baru,
jumlah peserta KB aktif Pemakaian Alkon, Jumlah PUS.
Peserta
KB aktif adalah Pasangan Usia Subur yang
salah satu pasangannya masih menggunakan alat kontrasepsi dan terlindungi oleh
alat kontrasepsi tersebut. Target menurut SPM ialah 70% Pada tahun 2010.
Pasangan Usia Subur (PUS) adalah pasangan suami-istri yang istrinya berusia
15-49 tahun. (Depkes RI, 2008)
2.2.3
Usaha Peningkatan Gizi
Program perbaikan gizi
keluarga bertujuan untuk menurunkan angka penyakit.Gizi yang kurang yang
umumnya banyak diderita oleh masyarakat yang berpenghasilan rendah (baik
di pedesaan maupun perkotaan), terutama pada anak balita dan wanita.
Melalui program gizi ini dilakukan beberapa usaha yang antara lain melalui
perbaikan pada konsumsi pangan yang makin beraneka ragam, seimbang dan bermutu
gizi. Yang termasuk dalam kegiatan peningkatan gizi adalah SKDN, Gizi Buruk PSG
(Bumil KEK, Desa Rawan Gizi, Asi Ekslusif).
SKDN adalah sistem pencatatan
dan pelaporan hasil penimbangan balita di Posyandu. S adalah jumlah seluruh
balita di wilayah kerja posyandu, K adalah jumlah balita yangmemiliki KMS di
wilayah kerja posyandu, D adalah jumlah balita yang di timbang di wilayah kerja
posyandu dan N adalah balita yang di timbang 2 bulan berturut-turut dan garis
pertumbuhan pada KMS naik. (Depkes RI, 2007).
PSG adalah kegiatan Pemantauan
Status Gizi, termasuk didalamnya (1) Bumil KEK adalah ibu hamil dengan keadaan
kekurangan energi kronis yang di ketahui dri hasil pengukuran Lingkar Lengan
Atas (LILA <23,5 cm). (2) ASI Ekslusif adalah pemberian ASI saja pada bayi
sejak lahir sampai 6 bulan tanpa pemberian makanan dan minuman lain. (Depkes
RI, 2007)
Untuk mewujudkan tujuan tersebut di atas, melalui program
pernbaikan gizi ini dilakukan beberapa usaha antara lain melalui
perbaikan pada konsumsi pangan yang makin beraneka ragam, seimbang dan bergizi.
Sasaran pelaksanaan program usaha peningkatan gizi
adalah :
- Penurunan Prevalensi KKP pada balita
- Penurunan Prevalensi kurang vitamin A
di daerah rawan.
- Penurunan Prevalensi anemia
gizi pada ibu hamil.
2.2.4
Kesehatan Lingkungan
Upaya penyehatan
kesehatan lingkungan dan
upaya untuk meningkatkan kesehatan lingkungan pemukiman melalui kegiatan
sanitasi dasar. Kegiatan yang dilakukan selalu mengikut sertakan peran serta
masyarakat dan keterpaduan pengelolaan melalui analisis dampak lingkungan.
Kegiatan Upaya Penyehatan Lingkungan ini bertujuan untuk merubah, menanggulangi
dan menghilangkan unsur fisik yang dapat memberikan pengaruh jelek terhadap
kesehatan masyarakat dengan harapan angka kesakitan terutama penyakit menular
dapat diturunkan atau dihilangkan.
Adapun kegiatan-kegiatan yang
dilakukan agar tercapai tujuan seperti yang disebutkan di atas adalah :
- Penyehatan air bersih
- Penyehatan pembangunan kotoran
- Penyehatan lingkungan pemukiman
- Pengawasan peredaran dan penggunaan pestisida
- Pengawasan pengelolaan sampah
- Pengawasan sanitasi tempat-tempat
umum dan tempat pembuatan penjualan makanan minuman
- Pencatatan dan pelaporan.
2.2.5
Pencegahan dan
Pemberantasan Penyakit Menular
Penularan ataupun pemindahan penyakit itu satu cara
bagaimana orang yang rawan dapat
memperoleh penyakit atau terinfeksi dari orang lain atau orang yang sakit. Pemberantasan penyakit
menular berarti menghilangkan atau merubah cara berpindahnya
penyakit menular dan / atau infeksi. Perpindahan atau penularan tersebut dapat
mengakibatkan terjadinya kesakitan, kecacatan bahkan kematian.
Untuk mencapai tujuan tersebut
P2M telah melaksanakan kegiatan kegiatan sebagai berikut :
1. Kegiatan pencegahan penyakit yaitu
imunisasi
2. Kegiatan pengobatan penyakit, yaitu
pengobatan terhadap penyakit ISPA, Diare, TB Paru, Penyakit Kusta dan penyakit
akibat gigitan hewan (kera,anjing dan kucing).
3. Kegiatan pencegahan
dan pemberantasan vektor , yaitu kegiatan berupa penyuluhan ,
pemberantasan sarang nyamuk ,
pemberian abatisasi dan
penyemprotan / fogging tergadap nyamuk
Demam Berdarah dan nyamuk malaria.
Dengan demikian usaha
P2M adalah kegiatan yang menitikberatkan pada kegiatan pencegahan dan
penanggulangan. Kegiatan pencegahan berupa penyuluhan tentang penyakit menular
dan akibatnya serta pelayanan imunisasi bagi bayi, anak, calon pengantin dan
ibu hamil.
Kegiatan penanggulangan
adalah pengobatan terhadap penderita, mengadakan kunjungan rumah dan rujukan
untuk kasus-kasus yang memerlukan penanganan yang lebih lengkap.
2.2.6
Upaya Pengobatan
Upaha pengobatan adalah
segala bentuk kegiatan pelayanan pengobatan yang diberikan kepada seseorang
untuk menghilangkan penyakit atau gejala-gejalanya, yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan dengan cara yang khusus untuk keperluan tersebut.
Daftar Obat Esensial
Nasional (DOEN) merupakan daftar obat terpilih yang paling dibutuhkandan
diupayakan tersedia diunit kesehatan sesuai dengan fungsi dan tingkatannya
(Depkes, 2008)
Pengobatan rasional
merupakan suatu proses yang kompleks dan dinamis, dimana terkait beberapa
komponen, mulai diagnosis, pemilihan dan penentuan dosis obat, penyediaan dan
pelayanan obat, petunjuk pemakaian obat, bentuk sediaan yang cepat, cara
pengemasan, pemberian label dan kepatuhan penggunaan obat oleh penderita.
(Kimin,2008)
2.3 Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Perilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS) adalah suatu upaya menciptakan kondisibagi perorangan, keluarga,
kelompok dan masyarakat dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi
dan melakukan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan tindakan
melalui tiga pendekatan, yaitu:
1.
Pemberdayaan masyarakat (empowerment),
yaitu proses pemberian informassi secara terus-menerus dan berkesinambungan
mengikuti perkembangan sasaran, serta proses membantu sasaran agar sasaran
tersebut berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar (aspek knowledge),
dari tahu menjadi mau (aspek attitude), dan dari mau menjadi mampu melaksanakan
perilaku yang diperkenalkan (aspek practice),
2.
Binasuasana, adalah upaya menciptakan
lingkungan social yang mendorong individu, anggota masyarakat untuk mau
melakukan perilaku yang diperkenalkan,
3.
Advokasi, adalah upaya atau proses yang
strategis dan terencana untuk mendapatkan komitmen dan dukungan dari pihak-
pihak yang terkait (stakeholders) (Depkes,2005).
Melakukan atau
berprilaku bersih dan sehat menurut becker (2007), adalah upaya atau kegiatan
seseorang untuk mempertahankan dan menigkatkan kesehatanya. Perilaku ini mencakup:
1.
Makan dengan menu seimbang
2.
Olahraga teratur
3.
Tidak merokok
4.
Tidak minum minuman keras dan narkoba
5.
Istirahat yang cukup
6.
Mengendalikan stress
7.
Gaya hidup yang positif bagi kesehatan,
misalnya tidak berganti-ganti pasangan dalam hubungan seks.
Pelaksanaan PHBS
Rumah Tangga adalah wujud keberdayaan masyarakat yang sadar, mau dan mampu
mempraktikan PHBS. Semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran
sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri dibidang
kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan dalam mewujudkan
kesehatan masyarakat (Depkes,2007).
Dinkes Provinsi
Aceh (2007), perilaku hidup bersih dan sehat adalah sikap dan tindakan proaktif
untuk memelihara dan mencegah resiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari
ancaman penyakit, serta berperan aktif dalam gerakan Kesehatan Masyarakat.
Rumah tangga
berperilaku hidup bersih dan sehat dapat terwujud apabila ada keinginan,
kemauan dan kemampuan para pengambil keputusan dan lintas sector terkait agar
PHBS menjadi program prioritas dan menjadi salah satu agenda pembangunan di
kabupaten/kota, serta didukung oleh masyarakat.
Adapun manfaat
dari peningkatan kepedulian masyarakat terhadap PHBS antara lain adalah:
1.
Setiap rumah tangga meningkat kesehatannya
dan tidak mudah sakit.
2.
Rumah tangga sehat dapat meningkat
produktivitas kerja anggota keluarga.
3.
Dengan meningkatnya kesehatan anggota
rumah tangga maka biaya yang tadinya dialokasikan untuk kesehatan dapat
dialihkan untuk biaya investasi seperti biaya pendidikan dan usaha lain yang
dapat meningkatkan kesejahteraan anggota rumah tangga.
4.
Salah satu indicator menilai
keberhasilan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dibidang kesehatan.
5.
Meningkatnya citra pemerintah daerah
dalam bidang kesehatan dapat menjadi percontohan rumah tangga sehat bagi daerah
lain.
Dalam penetapan
PHBS di lingkungan masyarakat khususnya tiap rumah tangga dalam suatu daerah
memiliki indicator pengukur keberhasilan. Indicator PHBS adalah suatu alat ukur
untuk menilai keadaan atau permasalahan kesehatan di rumah tangga. Indicator
mengacu pada Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang kesehatan yang ditetapkan
oleh Depkes RI.
Ada 10 indikator
PHBS yang terdiri dari 6 indikator perilaku dan 4 indikator lingkungan dengan
rincian sebagai berikut :
1.
Ibu bersalin ditolong oleh tenaga
kesehatan.
2.
Ibu hanya memberikan ASI kepada bayinya.
3.
Keluarga mempunyai Jaminan Pemeliharaan
Kesehatan
4.
Anggota keluarga tidak merokok.
5.
Olahraga atau melakukan aktifitas fisik
secara teratur.
6.
Makan dengan menu gizi seimbang (makan
sayur dan buah setiap hari).
7.
Tersedia air bersih.
8.
Tersedia jamban.
9.
Kesesuaian luas lantai dengan jumlah
penghuni.
10. Lantai
rumah bukan dari tanah.
Untuk
memasyarakatkan PHBS, seluruh desa ditingkatkan menjadi Desa Siaga. Syarat
sebuah desa siaga dikatakan siaga aktif adalah desa yang mempunyai Pos
Kesehatan Desa (Poskesdes) atau UKBM lainnya yang buka setiap hari dan
berfungsi sebagai pemberi pelayanan kesehatan dasar, penanggulangan bencana dan
kegawatdaruratan, surveillance berbasis masyarakat yang meliputi pemantauan
pertumbuhan (gizi), penyakit, lingkungan dan perilaku sehingga masyarakatnya menerapkan
Perilaku Hidur Bersih dan Sehat (Depkes,2005).
2.4 Desa Siaga
Desa siaga
adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan untuk
mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehata, bencana dan kegawatdaruratan
kesehatan secara mandiri.
Kriteria desa
siaga meliputi :
1.
Adanya forum masyarakat desa.
2.
Adanya pelayanan kesehatan dasar.
3.
Memiliki system surveilans berbasis
masyarakat.
4.
Memiliki system kewaspadaan dan
kegawatdaruratan bencana berbasis masyarakat.
5.
Memiliki system pembiayaan kesehatan
berbasis masyarakat.
6.
Memiliki lingkungan yang sehat.
7.
Masyarakatnya berperilaku hidup bersih
dan sehat.
BAB
III
METODOLOGI
3.1. Populasi
Arikunto (2006:130) populasi
adalah keseluruhan subjek penelitian. Jadi, populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh seluruh Kepala Keluarga yang ada di Desa Labuy Tahun 2012 yang
berjumlah 233 Kepala Keluarga dari 3 dusun.
3.2. Sampel
Arikunto (2006:131) sampel adalah sebagian atau wakil
populasi yang diteliti. Agar sampel yang diambil mewakili data penelitian, maka
perlu adanya perhitungan besar kecilnya populasi.
Sampel yang diambil dalam
penelitian ini adalah seluruh kepala
keluarga yang ada di Desa Labui pada Tahun 2012. dengan menggunakan rumus
besar sampel dari Slovin, maka didapatkan sampel sebagai berikut:
Keterangan :
N = jumlah
populasi
n = jumlah
sampel
= tingkat
kepercayaan yang diinginkan oleh peneliti (0,1)
n = 69,9
n = 70
Menghitung
jumlah sampel per dusun dengan teknik Proporsional Sampling :
Dusun Bak Kupula
× 95 =
x 95
= 28,5
= 29
Dusun Rumah Percontohan
× 73 =
x 73
= 21,9
= 22
Dusun Lancang
× 64 =
x 64
= 19
3.3. Lokasi
Lokasi atau
tempat pelaksanaan kegiatan Praktek Belajar Lapangan II (PBL II) adalah di Desa Labui Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh
Besar .
3.4. Waktu
Prektek Belajar
Lapangan II (PBL II) dilaksanakan selama 14
hari (Empat belas hari), terhitung mulai dari tanggal 10 September s/d 23 September 2012.
3.5. Metode Priorotas Masalah
Untuk menentukan
masalah kesehatan utama yang akan ditangani di Desa Labui Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar. digunakan metode Hanlon, yang merupakan proses
matematis dalam menetapkan kriteria untuk memilih unsur-unsur terhadap nilai
yang dibanding agar didapat alternative pertimbangan.
Metode ini dilakukan dengan memberikan skor atas serangkaian criteria A, B, C, dan D
(PEARL).
A : Besar masalah yaitu % atau jumlah atau kelompok penduduk yang terkena masalah serta keterlibatan masyarakat dan instansi terkait.
Skor 0-10 (Kecil - Besar).
B : Kegawatan masalah yaitu tingginya angka morbiditas dan mortalitas ,
kecendrungannya dri waktu ke waktu. Skor 0-10 (Tidak gawat – Gawat)
C : efaktifitas atau kemudahan penanggulangan
masalah, dilihat dari perbandingan antara perkiraan hasil atau manfaat
penyelesaian masalah yang akan diperoleh
dengan sumber daya (Biaya, sarana, dan cara) untuk menyelesaikan
masalah. Skor 0-10 (Sulit-Mudah).
D : PEARL
Berbagi pertimbangan dalam kemungkinan pemecahan masalah. Skor 0=
Tidak, 1= Ya
P : Propriatness yaitu kesesuaian masalah dengan
prioritas berbagai kebijaksanaan /
program kegiatan/ Instansi terkait / organisasi terkait.
E : Economic feasibility yaitu kelayakan dari
segi pembiayaan
A : Acceptability
yaitu situasi penerimaan masyarakat dan
instansi terkait / instansi lainnya.
R : Resource availability yaitu ketersediaan sumber daya untuk memecahkan masalah (tenaga, sarana, waktu).
L : Legality yaitu dukungan aspek hukum perundangan
/peraturan terkait seperti peraturan pemerintah.
Setelah kriteria
tersebut berhasil di isi, maka
selanjutnya menghitung nilai NPD dan NPT
dengan rumus sebagai berikut:
NPD=Nilai Prioritas Dasar=(A+B) x C
NPT=Nilai prioritas Total =(A+B) x C x D
Prioritas pertama adalah masalah dengan skor NPT tertinggi
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.
Gambaran Umum Kecamatan dan Desa
4.1.1. Data Geografi
Desa Labui merupakan salah satu
desa yang ada di Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam yang berjarak 2 km dengan kantor
camat. Batas wilayah desa adalah sebagai berikut:
Ø Sebelah
utara berbatasan dengan Desa Lam
Ujong Dan Lamnga
Ø Sebelah
selatan berbatasan dengan
Lampineng Dan Lam Asan
Ø Sebelah
timur berbatasan dengan Glee
Bruek
Ø Sebelah
barat berbatasan dengan Selat
Malaka
4.1.2. Data Demografi
Desa Labui mempunyai jumlah penduduk 764 jiwa yang terdiri dari laki-laki 391 jiwa dan perempuan 373 jiwa dengan jumlah
kepala keluarga 233 KK. Dalam
pemerintahan Desa Labui
terdiri dari tiga (3) dusun yaitu :
1.
Dusun Bak kupula
2.
Dusun Rumah Percontohan
3.
Dusun Lancang
Seluruh warga
Desa Labui
adalah Warga Negara Indonesia (WNI) dan semua beragama Islam.
Tabel IV.1
Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
di Desa Labuy Kecamatan
Baitussalam Kabupaten Aceh Besar
Tahun 2012
No
|
Jenis kelamin
|
Jumlah
|
%
|
1
2
|
Laki-laki
Perempuan
|
69
1
|
98,6
1,4
|
Jumlah
|
70
|
100
|
Sumber : Data Primer PBL II FKM USM, Tahun 2012
Berdasarkan Tabel IV.1 di atas dapat disimpulkan bahwa jenis kelamin
laki-laki lebih banyak yaitu
98,6% dibandingkan dengan jenis kelamin perempuan yaitu 1,4%
Tabel IV.2
Distribusi Berdasarkan Umur Penduduk Di desa Labuy Kecamatan Baitussalam
Kabupaten Aceh Besar Tahun 2012
No
|
Umur (Tahun)
|
Jumlah
|
%
|
1
2
3
4
5
6
7
|
0 – 5
6 – 10
11 – 20
21 – 30
31 – 40
41 – 55
56 – 65 +
|
89
43
107
113
223
142
47
|
11,6
5,6
14
14,8
29,2
18,6
6,2
|
Jumlah
|
764
|
100
|
Sumber : Data Primer PBL II FKM USM,
Tahun 2012
Berdasarkan Tabel
IV.2
di atas bahwa jumlah penduduk berdasarkan
umur di Desa Labui jumlah umur yang
paling rendah adalah umur 6-10 tahun sekitar 5,6 % dan yang paling tinggi umur
antara umur 31 – 40 sekitar 29,2.
Table IV.3
Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
di Desa Labuy
No
|
Tingkat Pendidikan
|
Jumlah
|
%
|
1
2
3
4
5
|
SD
SLTP
SLTA
D3
Sarjana (SI)
|
13
16
28
7
6
|
18,5
22,8
40
10
8,57
|
Jumlah
|
70
|
100
|
Tahun 2012
Sumber : Data Primer PBL II FKM USM, Tahun 2012
Berdasarkan
Tabel IV.3 di atas menunjukkan
bahwa tingkat pendidikan masyarakat di Desa Labuy
yang berpendidikan SLTA adalah yang
paling banyak yaitu sebanyak 40%
dan yang paling sedikit
adalah SI hanya 8,57 %.
Table IV.4
Jumlah Responden
Berdasarkan Jenis Pekerjaan Di Desa Labuy
Tahun 2012
No
|
Jenis Pekerjaan
|
Jumlah
|
%
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
11.
|
Petani
Wira swasta
PNS
Polri
Buruh
Tukang kayu
Bidan
Batu Bata
Guru
Pensiunan PNS
|
8
18
11
3
5
8
1
8
3
5
|
11,4
25,7
15,7
4,3
7,1
11,4
1,43
11,4
4,3
7,1
|
|
Jumlah
|
70
|
100
|
Sumber : Data Primer
PBL II FKM USM, Tahun 2012
Berdasarkan Tabel
IV.4
di atas menunjukkan bahwa pekerjaan
penduduk di Desa Labuy mayoritas berlatar belakang social ekonomi sebagai
wiraswasta yaitu sebanyak 25,7% dan PNS sebanyak 15,7 % % . dan 1,4% adalah
sebagai Bidan.
Tabel IV.5
Distribusi Frekuensi Status Kawin di Desa Labuy
Tahun 2012
No
|
Status Perkawinan
|
Frekuensi
|
%
|
1
2
3
4
|
Kawin
Janda
Duda
Belum Kawin / lajang
|
68
1
0
1
|
97,1
1,4
0
1.4
|
Jumlah
|
70
|
100
|
Sumber: Data Primer Tahun 2012
Berdasarkan Tabel IV.5 di
atas bahwa
dari 70 sampel yang di ambil status
kawin adalah 68 KK (97,1 %) sedangkan yang yang janda dan status belum kawin sebanyak 1 orang atau
1,4%.
4.2. Hasil Kegiatan
Selama 14 (empatbelas) hari kelompok V melaksanakan PBL II di Desa Labuy Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar,
dapat merangkum beberapa data sesuai dengan data yang kami dapatkan di
lapangan.
4.2.1. Data Sanitasi Dasar
4.2.1.1 Air
Bersih
Tabel IV.6
distribusi frekuensi sumber
air bersih di Desa Labuy
tahun 2012
No
|
Sumber
air
|
KK
|
%
|
Memenuhi
Syarat
|
Ya
|
%
|
Tidak
|
%
|
1
2
3
4
|
Sumur
Sungai
Perpipaan
Tidak memiliki sumur
|
37
-
-
33
|
53
-
-
47
|
6
-
-
|
16,2
-
-
|
31
-
-
|
83,8
-
-
|
Jumlah
|
70
|
100
|
6
|
16,2
|
31
|
83,8
|
Sumber : Data Primer PBL II FKM USM,
Tahun 2012
Berdasarkan Tabel IV.6 di atas disimpulkan bahwa masyarakat desa Labuy menggunakan air
sumur sebagai sumber air bersih sekitar 53 % untuk keperluan
sehari-hari seperti untuk mencuci dan mandi. Namun yang airnya memenuhi syarat sekitar 16,2%.
Untuk minum masyarakat Desa Labui membeli atau menggunakan air galon.
Tabel IV.7
Distribusi Frekuensi Kontruksi Sumur DI Desa Labuy
Tahun 2012
No
|
Lantai Semen
|
KK
|
%
|
1
2
|
Ya
Tidak
|
15
22
|
40,5
59,5
|
Jumlah
|
37
|
100
|
Sumber : Data Primer
Tahun 2012
Berdsarkan Tabel IV.7 di atas menunjukkan bahwa kontruksi sumur
yang memiliki Lantai semen, yaitu 40,5 %
dan yang tidak mempunyai lantai pada sumur nya sekitar 59,5%.
4.2.1.2 Saluran
pembuangan Air Limbah (SPAL)
Table IV.8
Distribusi Pembuangan Air Limbah di Desa Labuy
Tahun 2012
No
|
SPAL
|
Jumlah
|
%
|
1
2
|
Ada ( saluran
pengairan/got )
Tidak Ada
|
24
46
|
34,3
65,7
|
Jumlah
|
70
|
100
|
Sumber : Data
Primer PBL II FKM USM, Tahun 2012
Berdasarkan
Tabel IV.8 di atas dapat
disimpulkan bahwa masyarakat Desa Labuy yang mempunyai SPAL hanya 34,3 % dari
70 kk sampel yang di ambil, ini menunjukkan bahwa belum seluruhnya masyarakat
mempunyai SPAL.
Table IV.9
Distribusi
Bentuk Tempat penampungan Air Limbah di Desa Labuy
Tahun 2012
No
|
Bentuk Penampungan
Air Limbah
|
Jumlah
|
%
|
1
2
|
Lubang
Tertutup
Lubang
terbuka
|
7
17
|
29,2
70,8
|
Jumlah
|
24
|
100
|
Sumber : Data Primer PBL II FKM USM,
Tahun 2012
Berdasarkan Tabel IV.9 di atas dapat disimpulkan
bahwa dari 70 KK sampel yang di ambil
hanya7 KK (29,2%) yang memiliki bentuk penampungan air limbah lobang tertutup
dan 17 KK (70,8%) menggunakan lobang terbuka. Hal ini menunjukkan SPAL yang
tidak memenuhi syarat kesehatan lebih banyak dibandingkan dengan yang memenuhi
syarat.
4.2.1.3 Jamban
Table IV.10
Distribusi
keluarga yang memiliki jamban di Desa Labuy
Tahun 2012
No
|
Sarana Jamban
|
KK
|
%
|
Tipe jamban
|
Leher angsa
|
%
|
Cemplung
|
%
|
1
2
|
Ada
Tidak Ada
|
70
-
|
100
|
70
-
|
100
|
-
-
|
-
-
|
Jumlah
|
70
|
100
|
70
|
100
|
-
|
-
|
Sumber : Data Primer PBL II FKM USM,
Tahun 2012
Berdasarkan Tabel
IV.10 di atas menunjukkan bahwa masyarakat Desa Labuy 100 %
masyarakatnya memiliki jamban, semuanya menggunakan jamban leher angsa.
4.2.1.4 Sampah
Table IV.11
Distribusi Tempat Sampah di Desa Labuy
Tahun 2012
No
|
Jenis tempat pembuangan sampah
|
Jumlah
|
%
|
1
2
|
Tong sampah
Kantong
Lobang galian
|
11
54
5
|
15,7
77,1
7,1
|
Jumlah
|
70
|
100
|
Sumber : Data Primer PBL II FKM USM,
Tahun 2012
Berdasarkan Tabel
IV.11 di atas bahwa dari 70
KK sampel yang di ambil yang menggunakan tong sampah 11 KK
(15,7%), kantong 54
KK (77,1%), dan lobang galian 5
KK (7,1 %). Sehingga pervalensi masyarakat yang menggunakan kantong lebih
banyak dibandingkan menggunakan tong sampah ataupun lobang galian.
Table IV.12
Distribusi Cara
Penanganan Sampah di Desa Labuy
Tahun 2012
No
|
Cara penanganan sampah
|
Jumlah
|
%
|
1
2
3
|
Dibuang
Dibakar
Ditanam
|
51
19
0
|
72,9
27,1
0
|
Jumlah
|
70
|
100
|
Sumber : Data Primer PBL II FKM USM,
Tahun 2012
Berdasarkan Tabel
IV.12 di atas menunjukkan bahwa cara penanganan
sampah di desa Labuy sebanyak 51 KK
(72,9%) adalah dengan cara dibuang dan 19 KK (27,1%)
di bakar. Hal ini di karenakan kurangnya kesadaran masyarakat
terhadap lingkungan.
4.2.1.5.Jumlah
Rumah sehat
Table IV.13
Distribusi
Frekuensi Tipe Rumah di Desa Labuy
Tahun 2012
No
|
Tipe Rumah 36
|
Jumlah
|
%
|
1
2
|
Ya
Tidak
|
70
0
|
100
0
|
Jumlah
|
70
|
100
|
Sumber : Data Primer PBL II FKM USM,
Tahun 2012
Berdasarkan Tabel IV.13 di atas menunjukkan bahwa tipe rumah yang berada di desa Labuy adalah tipe
rumah 36. Karena rumah di Desa Labui tersebut merupakan rumah bantuan Tsunami.
Tabel IV.14
Distribusi Frekuensi Kontruksi Rumah Sehat Masyarakat di
Desa Labuy Tahun 2012
No
|
Pertanyaan
|
Frekuensi
|
Total
|
Ya
|
%
|
Tidak
|
%
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
|
Atap Tidak Bocor
Mempunyai Pagar
Dinding Tidak Berlubang
Ada nya sekatan
Ventilasi yang cukup
Pencahayaan cukup
Lantai semen
Halaman Kotor
Jauh Dari kandang
|
70
47
70
70
70
70
70
22
26
|
100
67,1
100
100
100
100
100
32,4
37,1
|
-
23
-
-
-
-
-
48
44
|
-
32,9
-
-
-
-
-
68,6
62,9
|
70
70
70
70
70
70
70
70
70
|
Sumber : Data Primer Tahun 2012
Berdasarkan dari Tabel IV.14 di atas menunjukan atap rumah tidak ada yang bocor,
dinding tidak berlubang dan memiliki ventilasi yang cukup. Dan rumah yang tidak mempunyai pagar rumah, 23 KK. Halaman
yang kotor 22 KK, dan yang jarak rumah dengan kandang 26 KK.
4.2.2.Data PHBS
Table IV. 15
Kelompok Pemakai Jenis Alat Kontrasepsi di Desa Labuy Tahun 2012
No
|
Alat kontrasepsi
|
Jumlah
|
%
|
1
2
3
|
Pil
Suntik
Inplant
|
28
40
2
|
40
57,1
2,9
|
Jumlah
|
70
|
100
|
Sumber : Data Primer PBL II FKM USM,
Tahun 2012
Berdasarkan Tabel
IV.15 di atas menunjukkan bahwa jenis kontrasepsi
yang paling banyak digunakan yaitu suntik sebanyak 40 KK (57,1%), pil 28 KK (40%),
inplant 2 KK (2,9%), dan yang tidak menggunakan KB adalah 13 KK (18,6%).
Table IV.16
Jumlah balita yang di imunisasi di Desa Labui Tahun 2012
No
|
Imunisasi
|
Jumlah
|
%
|
1
2
|
Lengkap
Tidak lengkap
|
55
15
|
78,6
21,4
|
Jumlah
|
70
|
100
|
Sumber : Data Primer PBL II FKM USM,
Tahun 2011
Berdasarkan Tabel
IV.16 di atas disimpulkan bahwa yang memberikan
imunisasi pada bayi, balita sebesar 55 KK (78,6%), dan yang tidak di imunisasi
sekitar 15 KK (21,4%).
Table IV.17
Penyakit dan pelayanan kesehatan di Desa Labuy selama 3 bulan terakhir Tahun
2012
No
|
Nama Penyakit
|
Jumlah
|
%
|
1
2
3
4
|
Diare/Disentri
Pilek/batuk
Demam tinggi
Yang tidak
menderita penyakit
|
6
45
1
18
|
8,6
64,2
1,4
25,7
|
Jumlah
|
70
|
100
|
Sumber
: Data Primer PBL II FKM USM, Tahun 2012
Berdasarkan Tabel 17.IV di atas menunjukkan bahwa jenis penyakit yang diderita oleh penduduk di desa Labuy yaitu Demam tinggi 1,4%, diare
8,6%, dan Pilek/Batuk 64,2% yang
disebabkan oleh cuaca.
4.3.Pembahasan
4.3.1.Identifikasi
Masalah
Dari uraian pembahasan diatas kami
melihat adanya masalah yaitu antara lain :
1. Masih
ada keluarga yang belum memiliki sumber air bersih . Dan kualitas air yang belum
memenuhi syarat. Menurut persyaratan
air bersih untuk keperluan hidup syarat fisik belum terpenuhi karena air bersih
di desa Labui bewarna kekuningan, berbau dan terasa agak asin. Belum adanya
PDAM merupakan masalah terbesar dalam masyarakat sehingga masyarakat menggunakan
air yang tidak memenuhi syarat kesehatan. Kondisi sumur yang
digunakan dalam masyarakat masih ada yang tidak menggunakan lantai semen bahkan
langsung ke tanah. Keadaan cincin sumur ada yang berlumut dan tidak terawat.
2. Masih
ada keluarga yang belum memiliki Tempat pembuangan sampah. Ketidaktersediaan
tempat pembuangan sampah menyebabkan masyarakat membuang sampah sembarangan,
sehingga sanitasi lingkungan buruk dan menimbulkan masalah kesehatan yang
menyebabkan timbulnya berbagai penyakit.
3. Belum
seluruhnya masyarakat mempunyai Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL, sebagian besar penduduk mengalirkan ketanah
kosong. Sehingga menimbulkan bau dan banyaknya lalat dan tempat perindukan
nyamuk. Serta saluran pembuangan air limbah tidak berfungsi.
4. Masih ada masyarakat yang belum berprilaku hidup
bersih dan sehat (PHBS) karena masih
kurangnya kesadaran masyarakat tentang penerapan hal tersebut dalam kehidupan
sehari-hari.
5. Belum seluruhnya masyarakat menggunakan garam
beriyodium.
4.3.2.Prioritas Masalah
Prioritas
masalah dilakukan dengan menggunakan metode Hanlon. Metode ini dilakukan dengan memberikan skor atas serangkaian criteria A, B, C, dan D
(PEARL).
P : Appropriateness/kesesuaian
E : Economc feasibility/secara ekonomi murah
A : Acceptability/dapat diterima
R : Resources availiability/tersedianya sumber daya
L : Legality/legalitas terjamin
Setelah kriteria tersebut berhasil di isi, maka selanjutnya menghitung
nilai NPD dan NPT dengan rumus sebagai
berikut:
NPD=Nilai Prioritas Dasar=(A+B) x C
NPT=Nilai prioritas Total =(A+B) x C x D
Dari hasil
identifikasi masalah dan mempertimbangkan beberapa hal diatas maka dihasilkan
prioritas masalah yang ditunjukkan dalam tabel dibawah ini :
Tabel
18
Prioritas
masalah yang mempengaruhi derajat kesehatan di Desa Labui Kecamatan Baitussalam
Tahun 2012
NO
|
Masalah
|
A=Besar
|
B=Kegawataan
|
C=Kemudahan
|
NPD
|
P
|
E
|
A
|
R
|
L
|
NPT
|
|
1
|
SPAL
|
8
|
5
|
3
|
39
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
39
|
lll
|
2
|
Sampah
|
7
|
7
|
4
|
56
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
56
|
ll
|
3
|
Air bersih
|
9
|
7
|
5
|
80
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
80
|
l
|
4.3.3.Program Intervensi
Dari hasil kegiatan PBL II mahasiswa FKM Serambi
Mekkah di Desa Labuy, alternative
pemecahan masalah sulit untuk dicapai secara maksimal, karena masalah yang
timbul sangat erat kaitannya dengan pola kebiasaan perilaku menyimpang dan hal
tersebut sangat sulit untuk diperbaiki apalagi dalam waktu yang hanya dalam 14
hari. Setelah mengetahui
permasalahan yang terjadi di masyarakat, dan memprioritaskan masalah menurut
metode Hanlon, ada beberapa upaya/kegiatan yang telah kami lakukan guna untuk
memperbaiki prilaku dan meningkatkan pengetahuan masyarakat, hal tersebut kami
lakukan bersama dengan masyarakat melalui kegiatan intervensi, antara lain:
1.
Masalah terbesar di Desa Labuy adalah
sumber air bersih, belum adanya PDAM
merupakan masalah terbesar dalam masyarakat sehingga masyarakat menggunakan air
yang tidak memenuhi syarat kesehatan. Dengan adanya data
kegiatan PBL II mahasiswa FKM Serambi Mekkah di Desa Labuy, semoga data tersebut bisa di pergunakan untuk membantu masyarakat Labuy menyelesaikan
masalah-masalah kesehatan. sehingga dengan adanya data tersebut masalah sumber
air bersih di Desa Labui dapat di atasi.
2.
Masalah kedua di Desa Labuy adalah
masalah sampah. Salah satu upaya yang kami lakukan untuk mengatasi masalah
tersebut adalah melakukan kegiatan gotong royong bersama dengan masyarakat
sekitarnya.
3.
Masalah ketiga adalah masalah SPAL.
Salah satu upaya yang kami lakukan yaitu dengan memberikan penyuluhan kepada
masyarakat agar membuat tempat saluran pembuangan limbah dan saluran pembuangan
limbahnya di jaga kebersihanya agar lingkungan bersih dan bebas dari penyakit.
4.
Melakukan penyuluhan kepada masyarakat
Desa Labui tentang Prilaku Hidup Bersih
Dan Sehat (PHBS).
5.
Melakukan penyuluhan upaya kesehatan
sekolah di SD Labui tentang bagaimana mencuci tangan dan sikat gigi yang benar
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
1.
Berdasarkan pembahasan diatas kami
menyimpulkan bahwa dalam sanitasi dasar, yang menjadi prioritas masalah yaitu
mengenai air bersih, yaitu hanya 16,2 % air yang memenuhi syarat.
2.
Masih ada rumah yang belum memiliki tempat pembuangan
sampah, yaitu hanya 15,7 % yang memiliki tong sampah, dan kurangnya kepedulian
masyarakat terhadap lingkungan menyebabkan masyarakat membuang sampah
sembarangan.
3.
Belum semua masyarakat mempunyai SPAL, yang memiliki SPAL sekitar 24 KK
(34,3%), dan masyarakat memiliki SPAL dalam bentuk terbuka yaitu berupa selokan
atau drainase, dan yang memiliki SPAL tertutup hanya 29,2 %. Namun selokan
terlihat tidak berfungsi dengan baik, banyak selokan yang tersumbat.
5.2. Saran
1.
Diharapkan dengan adanya data kegiatan
PBL II FKM Serambi Mekkah di desa Labuy Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh
Besar bisa di manfaatkan untuk menyelesaikan masalah di desa Labuy terutama
mengenai air bersih. Sehingga dengan adanya data tersebut masalah sumber air
bersih dapat di atasi.
2.
Diharapkan
kepada seluruh masyarakat agar bisa menyediakan tempat penampungan sampah dan tidak membuang sampah sembarangan agar
terciptanya kebersihan lingkungan dan bebas penyakit.
3.
Diharapkan
kepada seluruh masyarakat memiliki Tempat Pembuangan Air Limbah (SPAL), jangan
mengalirkan air Limbah ketanah kosong karena dapat menimbulkan bau dan
menyebabkan sanitasi lingkungan jelek yang menyebabkan timbulnya penyakit Serta
Saluran Pembuangan Air Limbah dirawat dan di jaga dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Arikonto S. 1999. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek .
Rineka Cipta, Jakarta
Maryani L, 2010. Epdemiologi Kesehatan : Pendekatan Penelitian, Graha
Ilmu. Yokyakarta
Notoatmojo S. 2010. Promosi
Kesehatan dan Aplikasi. Rineka Cipta. Jakarta
Keputusan
Menteri Kesehatan No 1202/MENKES/SK/I/2003 Tentang
Indonesia Sehat 2010 dan Pedoman Penetapan Indikator Provinsi Sehat Kebupaten/Kota
Sehat
Keputusan
Menteri Kesehatan NO.492/MENKES/PER/IV/2010 Tentang
Persyaratan Kualitas Air Minum.
Yustina,
Ida dan Adjat Sudrajat (ed).2003. Membentuk
Pola Perilaku Manusia Pembangunan. Bogor, IPB Press.